Posted by cungcurumut zone in
Teknologi
Tugas Pengolahan Citra
Nama : Siko Andriyanto N. (50407807)
Bhetta Pandu R. (50407198)
Kelas : 4IA11
Pengolahan Citra
Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata maupun kompleks yang diwakili oleh bit-bit tertentu.
Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar (pada beberapa sistem pencitraan ada pula yang berbentuk segienam) yang memiliki lebar dan tinggi tertentu. Ukuran ini biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel sehingga ukuran citra selalu bernilai bulat. Setiap titik memiliki koordinat sesuai posisinya dalam citra. Koordinat ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat positif, yang dapat dimulai dari 0 atau 1 tergantung pada sistem yang digunakan. Setiap titik juga memiliki nilai berupa angka digital yang merepresentasikan informasi yang diwakili oleh titik tersebut.
Format data citra digital berhubungan erat dengan warna. Pada kebanyakan kasus, terutama untuk keperluan penampilan secara visual, nilai data digital merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra digital yang banyak dipakai adalah Citra Biner (monokrom), Citra Skala Keabuan ( gray scale ), Citra Warna ( true color ), dan Citra Warna Berindeks.
Citra Gray
Graysacale adalah warna-warna piksel yang berada dalam rentang gradasi warna hitam dan putih.
Pada Color Dialog seperti yang terlihat pada gambar diatas, jika memilih warna solid hitam, putih, atau abu-abu, maka akan berada dalam pita warna Grayscale. Apabila tanda panah digeser ( ke atas menuju putih atau ke bawah menuju ke hitam ) maka red, green dan blue akan memberikan nilai yang sama. Untuk pengubahan warna image menjadi grayscale, cara yang umumnya dilakukan adalah dengan memberikan bobot untuk masing-masing warna dasar red, green, dan blue. Tetapi cara yang cukup mudah adalah dengan membuat nilai rata-rata dari ketiga warna dasar tersebut dan kemudian mengisikannya untuk warna dasar tersebut dengan nilai yang sama ( seperti pada contoh color dialog di atas )
Citra Biner
Citra biner diperoleh melalui proses pemisahan piksel-piksel berdasarkan derajat keabuan yang dimilikinya. Piksel yang memiliki derajat keabuan lebih kecil dari nilai batas yang ditentukan akan diberikan nilai 0, sementara piksel yang memiliki derajat keabuan yang lebih besar dari batas akan diubah menjadi bernilai 1.
Secara umum
proses binersisasi citra gray scale untuk menghasilkan citra biner adalah sebagai berikut.
g (x, y) = {1 if f (x, y) >= T}
g(x, y) = {0 if f (x, y) < T}
dengan g(x,y) adalah citra biner dari citra gray scale f(x,y) dan T menyatakan nilai ambang.
Nilai T dapat ditentukan dengan salah satu dari 3 cara berikut.
1. Nilai Ambang Global (Global Threshold)
T = T{f(x,y)}
dengan T tergantung pada nilai gray level dari pixel pada posisi x,y.
2. Nilai Ambang Lokal (Local Threshold)
T = T{A(x,y), f(x,y)}
dengan T tergantung pada properti pixel tetangga. A(x,y) menyatakan nilai pixel tetangga.
3. Nilai Ambang dinamis (Dynamic Threshold)
T = T{x,y, A(x,y), f(x,y)}
dengan T tergantung pada koordinat-koordinat pixel.
Metode Otsu
Tujuan dari metode otsu adalah membagi histogram citra gray level kedalam dua daerah yang
berbeda secara otomatis tanpa membutuhkan bantuan user untuk memasukkan nilai ambang
Pendekatan yang dilakukan oleh metode otsu adalah dengan melakukan analisis diskriminan yaitu menentukan suatu variabel yang dapat membedakan antara dua atau lebih kelompok yang muncul secara alami. Analisis Diskriminan akan memaksimumkan variable tersebut agar dapat membagi objek latardepan (foreground) dan latarbelakang (background).
Listing Program
function thresh(x);
f=imread('abses_periapikal.jpeg');
f=im2double(f);
%global Thresholding
T=0.5*(min(f(:))+max(f(:)));
done=false;
while ~done
g=f>=T;
Tn=0.5*(mean(f(g))+mean(f(~g)));
done=abs(T-Tn)<0.1;
T=Tn;
end
display('Threshold(T) - Iterative');
T
r=im2bw(f,T);
figure,imshow(f),title('Original Image');
figure,imshow(r),title('Global Thresholding - Iterative Method');
Th=graythresh(f);
display('Threshold(T) - Otsu''s Method');
Th
s=im2bw(f,Th);
figure,imshow(s),title('Global Thresholding - Otsu''s Method');
%Local Thresholding
se=strel('disk',10);
ft=imtophat(f,se);
Thr=graythresh(ft);
display('Threshold(T) - Local Thresholding');
Thr
lt=im2bw(ft,Thr);
figure,imshow(lt),title('Local Thresholding');
OUTPUT
1 Response to Pengolahan Citra "Program Threshold dengan metode Otsu"
thanks
Posting Komentar